LAFAZH ISTIGHFAR YANG PALING UTAMA

 🛣️🛵 LAFAZH ISTIGHFAR YANG PALING UTAMA 

LAFAZH ISTIGHFAR YANG PALING UTAMA

وَعَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ، أَنْ يَقُولَ الْعَبْدُ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ» أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ. 

Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, 

“Pimpinan istighfar adalah ucapan, 

Allaahumma anta Robbii laa ilaaha illaa anta. 

Kholaqtani wa ana ‘abduka. 

Wa ana ‘alaa ‘ahdika wa waʼdika mastathoʼtu. 

A‘uudzu bika min syarri maa shonaʼtu. 

Abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya. 

Wa abuu-u laka bi dzanbii. 

Faghfirli. Fa innahu laa yaghfirudz-Dzunuuba illaa anta. 


Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku; dan aku adalah hamba-Mu. 

Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. 

Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat. 

Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah dosaku. 

Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.” 


H.R. Al-Bukhari [6306]. 

————————————————————————

📖 Petikan Pelajaran dari Hadits

1. Nabi Muhammad ﷺ menyebut istighfar ini sebagai pemukanya istighfar (Sayyidul Istighfar), hal ini karena keutamaan lafazh istighfar ini mengungguli seluruh jenis istighfar lainnya. [Ithaf al-Muslim, (2/513)]. 

2. Sayyidul Istighfar menekankan tentang pentingnya kita untuk selalu mengingat kebaikan-kebaikan Allah kepada kita. 

Abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya (Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku). 

Jangan sampai hilang satu, seolah sudah tidak ada lagi nikmat Allah yang tersisa pada kita. Ini tindakan yang keliru. Dan dalam Sayyidul Istighfar, kita menasihati diri agar tidak berbuat demikian. 

Abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya (Aku mengakui segala nikmat-Mu kepadaku). 

Berada di titik ini, akan menumbuhkan rasa cinta yang kuat kepada Allah ta‘ala. 

3. Kita adalah hamba yang memiliki banyak kekurangan dalam menunaikan hak Allah. 

Hal ini terlihat dari kalimat: abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya. Wa abuu-u laka bi dzanbii (Aku mengakui seluruh nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku). 

Kesadaran ini mendorong kita selalu berharap agar ditolong dan dikuatkan oleh Allah subhanahu wa ta‘ala di tiap jalan kebaikan. 

‎✍️ -- Hari Ahadi

Serial Hadits Kitabul Jamiʼ | Bab: Dzikir dan Doa

————————————————————————

▶️ Mari ikut berdakwah dengan turut serta membagikan artikel ini, asalkan ikhlas insyaallah dapat pahala.

•••

📡 https://t.me/nasehatetam 

🖥 www.nasehatetam.net

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Memahami Antara Hadits Memohon Syahid dan Larangan Berharap Bertemu Musuh

Hukum Vaksin Imunisasi